Senin, 12 November 2012

PANORAMA GOA SEPLAWAN


Keindahan Goa Seplawan

          Meski di dalam Goa Seplawan ditemukan sejumlah benda-benda bersejarah, diperkirakan goa itu bukan tempat hunian, hanya dijadikan sebagai situs pemujaan. Goa tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kalangan penguasa atau raja yang telah mengundurkan diri dari aktivitas duniawi. Perkiraan bahwa goa tersebut bukan tempat hunian karena di dalamnya kurang cahaya, bahkan sirkulasi udaranya pun tidak terlalu menyegarkan. Lantai goa yang berbentuk tanah basah dan selalu dialiri air pun membuat lokasi itu tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

http://2.bp.blogspot.com/-zLNF-kNujwM/UBfwRS8n61I/AAAAAAAAAdk/1Xx5p-FClO0/s1600/gua-seplawan.jpg


          Selain nilai sejarah, gua Seplawan juga menampilkan keindahan artistiknya. Ornamen-ornamen yang indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beraneka ragam. Ornamen lainnya pun tak kalah menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain.

          Goa Seplawan mempunyai panjang sekitar 700 Meter sedangkan cabang-cabang goa sekitar 150-300 meter. Jalur yang khusus untuk para pengunjung sudah ada penerangan lampu sedangkan untuk cabang-cabang goa tidak dipasang lampu karena kondisinya yang berlumpur. Sehingga ada yang memberi nama cabang goa itu dengan istilah “istana lumpur” karena saking banyaknya lumpur.

          Hal yang menarik lainnya adalah apa yang terdapat pada goa tersebut yaitu sumber air yang menyegarkan yang Di atas telaganya terdapat tulisan kuno yang berbunyi Saplo wan yang memiliki arti saplu : suci . wan : manusia yang bisa di artikan Manusia suci atau tempat mensucikan manusia.

          Akses ke goa Seplawan sekarang mudah, untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti Tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo, Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga yang indah.

          Perpaduan antara keindahan dan kesejukan di area goa Seplawan sangatlah menyenangkan. Melalui gardu pandang pengunjung bisa melihat pantai selatan, Kota Kulon Progo, serta Waduk Sermo. Bahkan jika naik ke salah satu bukit di kawasan goa itu, pengunjung bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Sindoro dan juga Gunung Slamet. Namun, gunung-gunung itu hanya bisa dilihat pada pagi hari. Maka, banyak para pengunjung yang camping di Seplawan sehingga pada pagi harinya bisa melihat keindahan alam dari kawasan Seplawan itu.

          Pengembangan wisata harus senantiasa dilakukan baik dari pemerintah dan masyarakatnya, sehingga wisata ini bisa menjadi salah satu prioritas kunjungan ketika berada di Purworejo.

exspedisi Goa Seplawan



Goa Seplawan Purworejo

Sejarah Penemuan Arca Emas di Goa Seplawan


Sejarah Penemuan Arca Emas di Goa Seplawan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcxUubRwoucq_C-Axw_0_ai5P3n_P3mkOPxX-3SOYf2LDYLJYipWu1kjNKIYR1yImPTRT1zzgBkINYgfa0fskPmqKj38lxS8n_bvJtLMur6v3gEZorcRivgtO5qy-e5bxMgZKtco_5RHPd/s1600/seplawan+2.jpg

Menurut data Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kota Purworejo, pada awal bulan Juli 1979 Bupati Purworejo H. Supanto mengadakan konfrensi Kepala Desa dan Kelurahan se Kabupaten Purworejo bertempat di Pendopo Kabupaten Purworejo.
Pada konfrensi tersebut Bupati Purworejo menyampaikan gagasannya bahwa semua Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, hanya Kabupaten Purworejo yang belum mempunyai obyek Wisata.
Mengingat banyak Desa yang ada di Kabupaten Purworejo yang wilayahnya ada Goanya, maka Bupati Purworejo memerintahkan kepada Kepala Desa yang wilayahnya ada Goanya agar diteliti dan apabila memungkinkan untuk tempat Wisata mohon dilaporkan kepada Bupati.
Hal tersebut di tanggapi oleh Kepala Desa Tlogoguwo dan Kepala Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing, yang kemudian pada awal Agustus 1979 Kepala Desa Tlogoguwo melaporkan 2 buah Goa, yaitu Goa Anjani dan Goa Semar, yang kemudian diresmikan sebagai Obyek Wisata oleh Bupati Purworejo pada Upacara HUT Kemerdakaan RI, yang ke 34 (17 Agustus 1979).
Kemudian Kepala Desa Donorejo (Sastro Tinoyo) dalam rapat selapanan desa juga memerintahkan Kepala Dusun Katerban (Semirejo) membentuk tim yang direncanakan akan menulusuri Goa Seplawan dan Goa Sendangsri yang ada di Desa Donorejo.
Tim tersebut adalah :
1.        Sastro Tinoyo Kepala Desa Donorejo selaku ketua tim
2.        Parmo Sentono Sekertaris Desa
3.        Semirejo Kepala Dusun Katerban
4.        Ngudiyo Ka.Ur Pemerintahan
5.        Cokro Tinoyo Penunjuk jalan
6.        Muji Wiyono Tokoh Masyarakat

Dengan diikuti masyarakat sejumlah 47 orang.Kemudian pada hari selasa kliwon, 28 Agustus 1979 tim beserta Masyarakat memasuki Goa Seplawan dengan peralatan tangga bambu dan penerangan petromak yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dengan perjalanan ± 1,5 jam sepanjang 750 meter, ada salah satu anggota tim yang melapor kepada tim bahwa, ada 3 orang anak yang bernama Slamet, Lebuh dan Sukir menemukan sebuah barang berbentuk Kendogo dari perunggu semacam termos yang didalamnya kelihatan sesuatu yang bersinar.
Penemu tidak berani mengambil barang terebut, kemudian di ambil oleh Bapak Semirejo dan dilaporkan kepada Kepala Desa Donorejo untuk dibawa keluar Goa, dan diperintahkan oleh Kepala Desa Donorejo, semua tim dan anggota Masyarakat supaya keluar membawa barang tersebut untuk di bawa pulang menuju Pendopo Kelurahan Donorejo.
Setelah sampai Pendopo Kelurahan Kendogo di buka, ternyata berisi Sepasang Arca Emas berbentuk Raja dan Permaisuri. Saat itu juga Kepala Desa Donorejo langsung memerintahkan kepada Ngudiyo supaya melaporkan kepada Camat Kaligesing (Bapak Supardi) yang kemudian oleh Camat Kaligesing dilaporkan kepada Bupati Purworejo (H. Supanto).
Secara kebetulan saat itu Bupati Purworejo akan upacara di Semarang dalam rangka penerimaan Bendera Purna Karya Nugraha dari Presiden RI untuk Provinsi Jawa Tengah.
Arca Emas tersebut dilaporkan kepada Gubernur Jawa Tengah oleh Bupati Purworejo selanjutnya oleh Gubernur Jawa Tengah di serahkan kepada Menteri Sosial (Ibu Intan Suweno) sampai saat ini Arca Emas tersebut disimpan di Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jakarta.
Sedangkan menurut hasil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jendral Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi Bandung (1981) sepasang Arca Emas  tersebut adalah Siwa dan Parwati.

LEGENDA GOA SEPAWAN DAN GUNUNG KEIR


Legenda Goa Seplawan Dan Gunung Kelir


http://arcaseplawan.files.wordpress.com/2011/02/arca-emas-goa-seplawan1.jpg 






















Sejak zaman dahulu, rakyat desa Donorejo mengetahui cerita yang unik mengenai lokasi sekitar Goa Seplawan, yang berbukit-bukit, bertebing tinggi yang panjang dan banyak goa-goa (Jumbleng) yang berkaitan dengan cerita rakyat.
Cerita rakyat ini, ada kaitannya dengan cerita Patih Lowo Ijo, yang terjadi di pegunungan Menoreh sebelah utara, atau di sebelah selatan Candi Borobudur, yang terjadi kira-kira Th. 1370. Entah benar entah tidak yang tahu hanya Tuhan Yang Maha Esa sendiri.
Kisah ini datangnya dari mulut ke mulut, nenek moyang sampai ke cucu-cicit. Meskipun bukti peninggalan masih meragukan, namun kisahnya sudah mendarah daging di masyarakat. Dan cerita itu akan hidup di sepanjang masa, selama manusia masih bertebaran di bumi persada ini.
Oleh rakyat ceritera Goa Seplawan mempunyai ceritera sendiri yang berkaitan dengan cerita = Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang, Putri Prabu Boka di Prambanan.
Cerita selanjutnya, di dekat Goa Seplawan Prabu Boka disuruh mendalang, hiburan wayang kulit semalam suntuk dalam rangka Bersih Desa.
Bandung Bondowoso yang sejak lama mempunyai rasa dendam dengan Prabu Boka, maka timbul keinginan akan membalas dendam di tempat keramaian itu.
Sedatangnya Bandung Bondowoso di tempat pewayangan, keramaian dibubarkan alat-alat pewayangan menjadi porak poranda, semua dirusak di buang jauh-jauh di sekitar keramaian.
Kelirnya jatuh di sebelah timur goa di Dusun Gunung Kelir, sampai sekarang dusun ini dilarang mengadakan kesenian wayang kulit.
Kotaknya (tempat menyimpan wayang) jatuh di Dusun Kali Kotak Desa Tlogoguwo, sampai sekarang simur itu masih menjadi sumber air minum.
Blencongnya (penerangan wayang kulit di waktu malam) jatuh di Dusun Sokomoyo. Tidak hanya itu saja yang dirusak, tetapi wayangnya juga dirusak dan di buang jauh-jauh.
Wayang Bolodewo (Ratu Madura) di Desa Jatimulyo. Raden Sadewa, jatuh di Desa Hulosobo, sampai sekarang  bukit itu dinamai Bukit Sadewa. Gunungan jatuh di Desa Jatiroto disebut Pager Gunung.
Wayang Hanoman dan Gajahtomo jatuh di desa Pandanrejo, sampai sekarang lokasi itu disebut Bukit Kendalisodo dan Gunung Gajah. Sisanya wayang-wayang, Semar Bodronoyo jatuh di dusun Kalilo, di Goa Semar. Sisanya jatuh di desa Plipir sampai sekarang disebut Sumur Wayang.
Semua tempat sesaji juga dirusak dan dibuang. Buncitnya dibuang, jatuh disebelah selatan Goa. Sampai sekarang tempat ini disebut Gunung Tumpeng. Ancaknya (tempat sesaji dibuat dari bambu) jatuh di dusun Sibentar, lokasi ini dinamai Sancak.
Prabu Boka setelah mengetahui yang merusak itu Bandung Bondowoso menjadi marah menjadi perang campuh lagi. Perangnya Prabu Boka dengan Bandung Bondowoso disekitar Goa, semua sama-sama saktinya dan sama kuatnya, injak menginjak silih berganti, bekas peperangan ini meninggalkan bekas rusaknya tanah berwujud goa-goa (jumbleng) sampai beberapa puluh jumblengan warga masyarakat banyak yang menjadi korban peperangan.
Tiap-tiap ada yang meninggal kepalanya dipotong di masukan dalam telaga, sebelah utara Goa, tempat ini sampai sekarang disebut Telaga Sirah ( sirah = kepala).
Dalam peperangan ini banyak yang melihat, memantau dari jauh, mereka merasa senang, gembira melihat peperangan sama kuat, dan sama saktinya, sampai sekarang bukit untuk memantau dinamai Gunung Keseneng, dusun Denansri, Donorejo.
Di wilayah lain, banyak masyarakat yang masih ketakutan adanya perang itu, lebih baik mengungsi dari pada diam di rumah, padahal daerah ini masih waktunya menuai padi gogo rancah, terpaksa ditinggalkan,. Setelah peperngan selesai, keadaan sudah aman, semua berbondong-bondong ke rumahnya masing-masing, tapi agak kecewa, karena padinya tidak adapt dipungut, karena sudah rusak semua. Sampai sekarang, dusun itu dinamai Dusun Gogoluas, desa Tlogoguwo
Di dusun lain masih banyak cerita yang lainnya. Di Desa Donorejo, tepatnya di Dusun Jogowono, siang dan malam, dusunnya dijaga agar jangan sampai ada pencurian barang-barang miliknya, menjaga secara bergilir di Pos Penjagaan, tempat ini sampai sekarang disebut Panjer, termasuk dusun Jogowono.
Dan akhirnya peperangan antara Prabu Boka dengan Bandung Bondowoso, Prabu Boka kalah. Bandung menagih janjinya kepada Roro Jonggrang. Tetapi karena dewa tidak mengijinkan, Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang dicipta oleh Dewa menjadi Arca, yang dinamai “ARCA KENCANA” yang ditemukan di Goa Seplawan, lesung dan alunya terletak dekat pintu Goa.

Minggu, 11 November 2012

sejarah singkat GOA SEPLAWAN

Goa Seplawan

Goa Seplawan terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing dengan jarak tempuh 20 km ke arah timur dari pusat kota dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut sehingga udaranya sangat sejuk. Goa ini memiliki ciri khusus ornamen yang terdapat di dalam goa, antara lain: stalaktit, stalakmit, flow stone, helekit, soda straw, gouwer dam, dan dinding-dinding berornamen seperti bentuk kerangka ikan.
Keadaan sekitar goa ini sangat mengesankan dengan pemandangan alam yang begitu indah ditumbuhi flora antara lain lumut (di mulut goa), paku-pakuan dan panorama hutan pinus yang asri. Para pengunjung juga dapat menikmati taman bunga di sekitar goa.
Panjang Goa Seplawan + 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 – 300 m dan berdiameter 15 m. Goa alam yang sangat menakjubkan ini menjadi sangat terkenal dengan diketemukannya arca emas Dewa Syiwa dan Dewi Pawestri seberat 1,5 kg pada tanggal 28 Agustus 1979 yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Obyek wisata ini merupakan potensi wisata yang sangat digemari oleh wisatawan karena disamping keindahan obyeknya, goa ini juga telah dilengkapi beberapa fasilitas penunjang lain seperti listrik sebagai penerang dalam goa, MCK, dan taman. Bahkan pada kawasan ini sudah dibangun gardu pandang dan arena perkemahan (camping ground).